Perkembangan lignifikasi dari cangkang diwariskan secara kuantitatif dan
dikendalikan oleh banyak gen, sehingga timbul berbagai variasi
ketebalan cangkang di dalam masing masing masing tipe :
Didalam proses reproduksi hanya satu yang hadir pada gamet atau sel
kelamin, selama proses pembuahan, kedua gamet dari tetua jantan dan
betina bersatu kembali dan tergantung kepada konstitusi genetik,
genotype keturunan mungkin sama atau berbeda dengan tetuanya.
Pengertian yang jelas terhadap pewarisan sifat ketebalan cangkang buah
membawa kesadaran tentang pentingnya penggunaan benih D x P dari sumber
tanaman tetua yang baik (dura, tenera, maupun psifera), Tenera yang
mempunyai kandungan minyak lebih banyak dibandingkan dura sebesar 30%
merupakan varietas standar yang lebih disukai sebagai material tanaman
komersial
Fisiologi Benih Kelapa Sawit
a. Persilangan Dura dan Psifera. Untuk produksi benih tenera dilakukan persilangan antara tetua dura dengan tetua psifera yang akan menghasilkan 100% tenera
b. Persilangan Bebas (Tenera dan Tenera) Untuk memperoleh benih tenera
dari persarian bebas antara tenera dan tenera mengakibatkan turunnya
hasil karena terjadi silang dalam (inbreeding), produksi tandan
yang rendah karena adanya psifera serta produksi minyak yang rendah
karena adanya dura, produktifitas benih liar yaitu benih yang di peroleh
dari persarian bebas, diperkirakan hanya mencapai 50% dari
produktifitas benih legitim D x P atau lebih rendah lagi
c. Perubahan strategi penggunaan material tanaman pada industri kelapa
sawit Indonesia dilakukan dengan hati hati dan selalu di dasarkan oleh
data dan informasi yang jelas, hal ini dapat terlihat dari penggunaan
material tanaman di perkebunan kelapa sawit yang sampai tahun 1970
masih menggunakan material D x D; T x D; atau D x T sebagai sumber
benih, dan dengan adanya data bahwa rendemen pabrik (Industrial
extraction rate) dari materia D x P adalah 20 – 30% lebih tinggi dari
material D xD ; T x D atau D x T maka sejak tahun 1971 semua perkebunan
menggunakan material D x P sebagai sumber benih
Untuk menilai kualitas benih kelapa sawit D x P yang dihasilkan oleh
produsen penghasil benih (PPKS, Londsum dan Socfindo) tertentu perlu
diperhatikan hal hal sebagai berikut :
• Silsilah keturunan
• Standar seleksi yang digunakan
• Proses produksi benih
• Profil produksi
• Komponen minyak
• Karekteristik sekunder
• Kepekaan terhadap penyakit
SILSILAH KETURUNAN
1. Origin Dura Semua genitor yang saat ini ada di PPKS adalah
dura deli yang berasal dari 4 pohon kelapa sawit kebun raya bogor,
meskipun tidak ada alasan untuk mengkelompokkannya ke dalam berbagai
populasi, namun penggunaan origin dura ini oleh berbagai lembaga riset
telah menyebabkan terjadinya penghanyutan genetika (Genetic drift) yang
sedikit banyak menimbulkan perbedaan diantara genitor.
Kebanyakan dan
pada umumnya dari genitor dura adalah dari ”populasi Marihat”
berdasarkan jumlahnya adalah memungkinkan untuk membedakan populasinya
ini menjadi beberapa origin, bahkan sub origin.
Origin-origin tadi
diberi kode berdasarkan nama kebun yang pertama kali menggunakannya
sebagai genitor, yaitu marihat, tinjauan, dan dolok sinumbah. RISPA
adalah ”Populasi Marihat” yang berasal dari kebun marihat dan
selanjutnya di seleksi oleh RISPA.
Kode-kode untuk sub-origin di
dasarkan pada nama genitor moyangnya (yang ditetapkan mulai tahun
1900-an) jadi kebanyakan genitor dura adalah dari ”populasi Marihat”
dihubungkan dengan genitor yang sama yakni ”533” Diantara genitor
genitor ada yang berasal dari persilangan ”Pupulasi Marihat” dengan
sumber sumber lainnyayaitu genitor yang tidak diketahui untuk orijin ”DS
x ?” dan dengan SP 540T untuk orijin M-RISPA.
Empat orijin deli lainnya
tidak berhubungan dengan ”populasi Marihat” , ke empatnya yaitu ”origin
Gunung Bayu” (asal Sumatera) , ”origin Dabou” (asal Sumatera di seleksi
di Ivory Coast) ”orijin Socfin” (asal Sumatera di seleksi di Malaysia
dan Ivory Coast) dan ”origin Dumpy atau ”origin Elmina” (asal Malaysia
dan kemudian dipergunakan oleh RISPA) ”orijin Gunung Melayu” , sedangkan
”origin M-Dumpy dan ”Serdang” merupakan orijin yang relatif belum
banyak mengalami seleksi.
2. Orijin Tenera Sebahagian besar dari genitor Tenera yang ada di
PPKS berasal dari Zaire, dan beberapa origin dapat dibedakan
berdasarkan kebun atau pusat riset yang telah melakukan seleksi genitor
moyangnya, dan genitor genitor tersebut antara lain :
- Orijin ”Bangun” merupakan genitor-genitor yang berasal dari Bangun Bogor Rejo (Sumatera).
- Orijin ”Dolok Sinumbah” yang merupakan orijin dari psifera terkenal seperti DS 76P atau EX.5. dan beberpa sub orijin dibedakan berdasarkan bentuk genitornya.
- Origin ”Bah-Jambi” yang pada kenyataannya adalah sub orijin ”Dolok Sinumbah” karena merupakan keturunan dari persilangan DS 76P dan DS 66P
- Orijin ”Sungai Pancur” yang menghailkan tenera sangat terkenal, SP 540T
- Orijin ”Sungai Pancur x Bangun” merupakan hasil persilangan SP 540T dengan psifera dari Bangun.
- Orijin ”Yangambi” berasal dari populasi Yangambi yang telah diseleksi oleh IRHO.
Populasi lain yang banyak digunakan adalah ”populasi Marihat” yang
berasal dari Kamerun. Genitor-genitor ” La-Me” dan ”Yacobue” dari Ivory
Coast, sedangkan genitor ”Nifor” berasal dari populasi Nigeria, genitor
”Dami” yang berasal dari Papua New Gunea merupakan genitor yang realtif
belum diseleksi.
STANDAR SELEKSI
1. Skema Seleksi Berdasarkan hasil percobaan internasional yang
menunjukkan persilangan inter orijin lebih baik dari pada intra orijin,
maka PPKS mengadopsi metode seleksi yang disebut ”Reciprocal Recurrent
Selection (RSS)” yang di kembangkan oleh ”Institute de Researches Pour
les Huiles et Oleageneux (IRHO)” Pada prinsipnya metode pemuliaan RRS
adalah memperbaiki secara serentak daya gabung ”Combining ability” dari
2 (dua) grup individu A dan B yang dicirikan dengan : a. Grup A (dura)
meliputi jenis kelapa sawit yang menghasilkan tandan sedikit tetapi
dengan tandan yang besar. b. Grup B (Psifera, Tenera) adalah kelapa
sawit yang menghasilkan banyak tandan tetapi berukuran relatif lebih
kecil Tanaman tanaman dalam grup A disilangkan dengan tanaman dari grup
B dan hybrida yang dihasilkan kemudian di tanam di pengujian projeni
(comparative trial/progeny trial)
2. Pengujian yang dilakukan akan dapat mengklasifikasi tingkatan family
persilangan (lini) dan mengevaluasi daya gabung genitor-genitor pada
family tersebut yang pada akhirnya akan diperoleh suatu kombinasi
hybrida yang terbaik, dan pada waktu yang hampir bersamaan sejumlah
tanaman pada masing-masing grup dikawinkan sendir (selfing) dan
disilangkan miasl D x D pada seleksi Dura dan T x T pada seleksi Tenera.
3. Letak Produksi Benih dan perbanyakan klonal pada skema seleksi Metode
RRS adalah suatu skema yang sangat menarik baik untuk program pemuliaan
maupun produksi benih dan klon kelapa sawit, dengan langkah langkah
sebagai berikut :
- Pemilihan tetua untuk memproduksi hibrida komersial di dasarkan atas pengujian projeni sehingga hanya hibrida-hibrida yang telah di uji yang disalurkan kepada konsumen.
- Skema seleksi memungkinkan untuk mengeksploitasi se segera mungkin persilangan persilangan terbaik dan perbaikannya dapat dilakukan dengan ”selfing” tetua terpilih sehingga daya gabung khusus (specific Combining Ability/SCA) dapat di eksploitasi secara optimal.
- Hibrida komercial dapat diproduksi menggunakan berbagai tipe persilangan dura diseleksi dura, dan begitu pula tipe persilangan Psifera/Tenera di seleksi Tenera.
- Setelah berakhirnya siklus seleksi dimungkinkan untuk memproduksi benih dengan cara me-reproduksi secara pasti persilangan persilangan terbaik dari hasil hasil pengujian, serta meng-kawinkannya tetua yang mempunyai daya gabung umum (General Combining Ability) yang baik meskipun perkawinan tersebut belum lagi di uji.
Dengan menggunakan tanaman unggul dari hasil pengujian projeni dapat
diperbanyak secara kultur jaringan dengan tingkat produktifitas yang
realtif sama dengan ortet.
Pemilihan tanaman unggul dilakukan dengan
mengeksploitasi keragaman di dalam famili diantara famili-famili yang di
uji pada pengujian projeni.
Selain masalah masalah internal yang di
hadapi perbanyakan klonal secara kultur jaringan, seperti abnormalitas
pembuangan dan upaya scaling up, klon klon yang dihasilkan dari ortet
yang dipilih dari pengujian projeni perlu di uji terlebih dahulu pada
pengujian klonal sebelum di lepas secara komersial, sehingga dengan
demikian perlu dimaklumi bahwa klon klon komersial belum dapat disebar
luaskan dalam waktu dekat.
KRITERIA PEMILIHAN
Pemilihan persilangan dengan Genitor. Pemilihan persilangan dengan
genitor dilakukan bertahap sesuai dengan urutan prioritasnya yaitu :
a. Tahap Pertama Pemilihan dilakukan terhadap produksi minyak/ha yang di
hitung dengan menggunakan dua faktor koreksi yaitu rendemen pabrik di
hitung dengan mengkalikan prosentase minyak per tandan dengan faktor
koreksi 0,855 dan produksi TBS di hitung dengan dasar 130 tanaman/ha
(pada populasi 143 pohon/ha) atau bisa juga 123,5 tanaman /ha pada
(populasi 130 pohon/ha).
Produksi minyak per ha diperoleh dengan cara
mengkalikan produksi TBS dengan rendemen pabrik periode 6 – 9 tahun,
yang dianggap dapat menggambarkan potensi produksi selama masa ekonomis
tanaman, dan ini merupakan prioritas utama untuk diperhatikan
b. Tahap Kedua Pemilihan dilakukan dengan mengenyampingkan semua
persilangan persilangan yang laju pertumbuhannya meninggi sangat cepat,
persilangan yang mempunyai laju pertumbuhan meninggi >85 cm/thn tidak
dipilih.
c. Tahap Ketiga Pembuatan rancangan persilangan dilakukan terutama untuk
menghindari adanya projeni yang peka terhadap penyakit tajuk, karena
penyakit tajuk disebabkan oleh satu gen resesif, maka ditekankan untuk
mengawinkan genitor-genitor unggul tetapi tetap peka terhadap penyakit
tajuk dengan genitor lainn yang resisten dan mempunyai susunan genotype
homozygot dominan.
Pada pemilihan ortet, metode yang digunakan harus dapat mengestimasi
secara akurat nilai ”genotipik ” setiap individu tanaman, hal ini dapat
dilakukan apabila varians lingkungan dan atau varians interaksi
genotipe x lingkungan dapat diminimalkan.
Cara umum dilakukan adalah dengan cara seleksi indeks (6/9) atau secara
smoothing. Tingkat kepercayaan pada pemilihan ortet dapat meningkat
apabila tanaman terpilih memperlihatkan komponen hasil yang unggul,
seperti persentase mesokarp terhadap buah yang relatif mempunyai nilai
heritabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil sendiri.
PROSES PRODUKSI BENIH
Tekhnik produksi benih kelapa sawit telah banyak di paparkan oleh para
ahli, yang pada prinsipnya setiap tahapan dalam proses produksi benih
adalah untuk menjamin diperolehnya benih yang memenuhi kriteria
persentase perkecambahan tinggi, pertanaman yang homogen di lapangan dan
legitimasi material yang dihasilkan.
PENGADAAN DAN PENYALURAN BENIH
Pusat penelitaian kelapa sawit (PPKS) adalah salah institusi resmi yang
ditujuk oleh pemerintah untuk pengadaan benih kelapa sawit di Republik
Indonesia Ini, yang mempunyai potensi 40 juta benih pertahun, proses
pengadaan kecambah yakni dengan tekhnik fermentasi, perendaman,
pemanasan dan perkembangan kecambah telah dapat mempercepat proses
perkecambahan dan meningkatkan prosentase daya kecambah.
Bila benih
multi embrio dari benih kelapa sawit D x P dapat digunakan sebagai
sumber bahan tanaman, penggunaan benih palsu sebagai bahan tanaman akan
menurunkan produksi minyak/ha sebesar 50% dan tertundanya waktu panen.
Prosedur pembelian dan pengadaan benih/kecambah kelapa sawit dari PPKS
cukup sederhana yakni dengan membuat surat permohonan pembelian
kecambah yang ditujukan kepada Direktur PPKS dengan melampirkan
syarat-syarat administrasi, dan setelah melakukan pembayaran dengan
kurun waktu 2-3 minggu kemudian kecambah sudah dapat disalurkan kepada
pihak pembeli, dan untuk menjamin kemurnian kecambah yang disalurkan dan
di terima pembeli, setiap pengiriman dilengkapi dengan surat pengantar,
surat persilangan dan surat pengambilan barang (DO), Pembeli kecambah
harus mampu menunjukkan identitas diri yang jelas seperti KTP, SIM atau
Passport atau surat kuasa dari perusahaan pembeli.
0 Komentar untuk "Fisiologi Benih Kelapa Sawit"